Pendakian Gunung Ciremai, Nopember 2009.

Saya telah berhasil menyelesaikan 4 gunung tertinggi Jawa Barat.

Itu berarti kecil kemungkinan saya akan mendaki gunung Jawa Barat lainnya karena akan memfokuskan pada gunung lain (terutama) di pulau Jawa. Sampai saat ini untuk Jawa Barat saya telah menyelesaikan Pangrango (April 2008), Gede (Oktober 2008), Cikuray (April 2009) dan Ciremai (Nopember 2009), Ciremai adalah yang tertinggi.

Berikut catatan kecil perjalanan saya ketika pendakian gunung Ciremai kemarin.

pendakian gunung ciremai

pendakian gunung ciremai

Musim hujan di Jakarta mulai pada November.

Sekitar jam 4 sore saya sudah melihat-lihat keluar jendela, kebetulan dikantor banyak terdapat jendela kaca berukuran besar sehingga mudah melihat keadaan di luar gedung, kelihatannya cerah walau terlihat kumpulan awan kelabu di arah selatan, sekitar Sudirman/Kuningan. Tak lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya seperti air yang ditumpah dari langit, jam pulang kantor masih 45 menit lagi, jadi masih berharap hujan reda ketika pulang kantor nanti. Ransel sudah siap dan alat-alat sudah di packing semuanya, sehingga nanti sampai kost tinggal berangkat saja.

Tepat jam 5 sore hujan masih deras turun dari langit dan mau tak mau saya pulang kantor dengan mengandalkan payung yang baru dibeli kemarin, payung ini rencananya akan dibawa ke Ciremai nanti, ditengah hujan seperti ini adalah pembuktian apakah payung seharga 35 ribu ini dapat berguna di gunung nantinya.

Ada satu hal yang pasti di Jakarta, namun sayangnya saya belum pernah benar-benar tau, yaitu jika hujan deras cukup lama maka akan mengakibatkan genangan air di jalan yang pada akhirnya menciptakan kemacetan yang luar biasa. Walaupun saya berhasil tiba di kost dengan selamat, namun saya telah kehilangan waktu yang berharga, terutama mengingat janji ketemuan di terminal Lebak Bulus pada jam 19:30.

Perjalanan dari kost menuju terminal Senen ditempuh melalui macet yang merayap, saya sudah punya firasat tidak baik, apalagi perjalanan menuju Lebak Bulus dengan keadaan normal biasanya ditempuh sekitar 1 jam, saat itu sudah jam 19 dan saya masih di Senen.

Tercecer

Sudah jam 19:40 dan saya masih di Kuningan, mencoba menelpon teman yang ada di Lebak Bulus untuk memberitahukan posisi saya sekarang, akhirnya mereka sarankan saya menuju terminal Kampung Rambutan mengingat bis terakhir ke Garut dari Lebak Bulus berangkat pukul 20. Saya punya pengalaman yang baik untuk bertanya-tanya alamat di Jakarta, mungkin saya lagi beruntung saja, salah seorang penumpang di Kopaja 20 menyarankan saya turun di Cilandak, suatu tempat yang saya tau namanya tapi tidak tau tempatnya dimana, untungnya dia juga mau turun di Cilandak dan melanjut ke arah Kp. Rambutan, jadi saya bisa ikut dengannya. Hujan masih turun, macet di kota Jakarta malam itu sepertinya tidak akan berakhir hingga tengah malam.

Dari Cilandak ke Kp. Rambutan tidaklah jauh, akhirnya sekitar pukul 22:30 saya telah berada di bis (saya lupa namanya) tujuan Garut, nantinya saya turun di perempatan Cileunyi, saya sudah pernah ke situ sebelumnya saat mengikuti acara SGHC IV di Gunung Manglayang sekitar awal-pertengahan tahun ini, jadi masih jelas di ingatan saya.

Setelah bertemu dengan teman lainnya di Mesjid perempatan Cileunyi tersebut kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Maja di Majalengka, perjalanan ini menempuh waktu sekitar 2 jam dengan jalan yang berliku-liku, saya kurang memperhatikan jalan pada saat itu (sebenarnya saya tertidur) tapi sepertinya medan yang ditempuh adalah jalan mendaki khas pegunungan.

Mulai mendaki dari 1600mdpl

Pagi hari di Maja kamipun segera melanjutkan perjalanan ke desa ciba** (saya lupa namanya) untuk kemudian lanjut ke pos I Blok Arban 1614mdpl, perjalanan ini ditempuh dengan menyewa 2 kali pickup dan menempuh medan yang ekstrim, ini adalah jika mendaki ciremai melalui jalur Apuy. Pendakian gunung ciremai dari Apuy ini menurut saya relatif santai, trek yang dilalui merupakan gabungan dari perbukitan dan hutan yang masih lebat, mirip dengan trek Gn. Raung jalur Sumber Wringin Wonosobo (Utara).

Target hari itu adalah kami harus sampai di pos VI (goa Walet) sebelum gelap, waktu tempuh dari pos I ke pos VI ini sekitar 6 jam, berhubung kami berangkat lebih pagi, kami tidak akan kemalaman di jalan. Sekitar jam 15 kami telah telah tiba di pos V yang artinya sudah cukup dekat dengan puncak, mungkin sekitar 2 jam perjalanan, saya dan teman yang lain merubah target kami untuk dapat mendirikan tenda di puncak sebelum gelap tiba. Perjalan relatif lancar hingga sekitar jam 16 hujan deras pun tiba, saat itu saya dan tim terdepan sudah berada di batu cadas yang terdapat rambu penunjuk jalan antara jalur apuy dan palutungan. Hujan saat itu benar-benar lebat disertai angin kencang dan petir, posisi kami yang berada ditempat terbuka menjadikan tidak ada seorang pun dari kami yang selamat dari air hujan, tidak ada satupun yang dapat melewati hujan tersebut dalam keadaan kering, walaupun menggunakan payung dan jas hujan.

Saya dan teman yang lain sempat melewatkan post VI goa walet karena posisinya yang berada di bawah samping jalur sebelah kanan sehingga tidak terlihat begitu jelas. Goa ini tempatnya cukup luas dan memiliki halaman yang dapat menampung sampai 6 tenda, di dalam goa hanya dapat didirikan beberapa tenda ukuran kecil karena kondisi tanah yang bergelombang. Saya sendiri tidak mendirikan tenda, saya tidur di dalam goa dibelakang tenda mas Agus, beralaskan matras dan aluminium serta sleeping bag, untungnya tubuh saya dapat segera beradaptasi dengan hawa dingin sehingga dapat tidur dengan lelap hingga dini hari.

Puncak Gunung Ciremai

Awalnya saya dan teman yang lain berniat untuk melihat matahari terbit di puncak gunung Ciremai, namun kelihatannya dengan sepatu yang basah kami akan kesulitan melakukan pendakian ke puncak, apalagi cuaca saat itu tidak begitu cerah, jadi diputuskan untuk berangkat sedikit lebih lambat. Perjalanan dari Goa Walet ke puncak tidaklah begitu lama, mungkin hanya 20 menit melalui medan yang menanjak terjal dengan batu dan pasir. Pemandangan di puncak sangat indah, dan terdapat tempat luas dan datar yang bisa mendirikan beberapa tenda, jika tidak hujan sebelumnya maka bermalam di puncak gunung Ciremai pasti akan hebat.

 

This entry was posted in my life, outdoor. Bookmark the permalink.

3 Responses to Pendakian Gunung Ciremai, Nopember 2009.

  1. Ronald Saragih says:

    kurang seru! need screenshot more! hehe ;P

  2. jamal says:

    mas tolong bimbing kami, ketika mau jalan k g. ciremai

  3. jamal (dcupuboy@rocketmail.com) says:

    bisa kan mas??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *