Medan, setahun (atau lebih) yang lalu
Matahari belum lagi bersinar jam 6 pagi di Medan, namun entah karena sudah terbiasa, aku tersentak dari tidur dan tidak berharap untuk dapat tidur lagi. Aku sudah tau apa yang harus ku lakukan, sedikit peregangan dan pemanasan kecil-kecilan pada otot tubuh ku yang kecil. Seperti pagi-pagi sebelumnya sejak 4 minggu lalu, aku akan sedikit berolah raga dengan cara berlari-lari kecil naik dan turun tangga 4 lantai sebanyak 10 kali perulangan, ini ku lakukan sebagai persiapan fisik untuk pendakian sendiri ke gunung sinabung beberapa hari ke depan.
Jakarta, masa kini
Beberapa minggu lalu ada info bahwa highcamp akan ke gunung kerinci pada bulan juli-agustus tahun ini, kembali aku mencoba untuk mempersiapkan fisik dengan berolah raga sedapatnya di kamar kos, keadaan di sini sungguh berbeda dengan waktu di medan dulu. kalau di medan aku bisa berolah raga sesukaku, kenyataannya setelah hampir 10 bulan di sini aku tidak pernah olah raga sekalipun, bahkan dapat dikatakan aku tidak pernah berkeringat, kalau berkeringat di angkutan umum atau saat menunggu busway yang terkadang lama memang sih ada, namun tidak karena gerakan olah raga.
Kemudian tak berselang lama ada lagi info terbaru highcamp dalam waktu dekat akan menuju gede (yang akhirnya dirubah jalur ke pangrango). Dalam cetingan di ym aku minta ke bang hendri agar waktunya di pilih tidak awal bulan, maksudnya agar ada waktu tambahan untuk mempersiapkan fisik dan stamina, bang hendri mengisyaratkan (dengan pertimbangan tertentu) kemungkinan akan dilaksanakan pada awal bulan.
Aku belum pernah mendaki gunung di pulau jawa, sebelumnya sudah pernah daftar pendakian highcamp ke sundoro yang lalu namun pada menit terakhir harus aku batalkan karena ada panggilan darurat ke medan. Saat ini tidak ada alasan lagi untuk tidak ikut, sedapatnya aku persiapkan peralatan dan stamina, sayangnya aku masih belum mendapatkan waktu dan tempat yang cocok untuk berolah laga, jogging bareng highcamp setiap kamis kuanggap terlalu jauh apalagi waktu tempuhnya bisa 2 jam perjalanan dari tempatku pada saat pulang kerja.
Perjalanan turun pada awalnya terasa biasa saja bagiku, semakin cepat turun maka semakin baik. Aku berusaha mempersingkat waktu dengan memilih jalur curam karena akan lebih mudah seperti meluncur saja. Cara ini, seperti dulu di sinabung memang efektif, aku masih bisa menyusul bang hendri dan tetap berada pada kelompok depan. Kemudian pada satu tempat yang sepi, ketika aku berjalan sendiri, aku mulai merasa ada yang aneh pada bebanku, seperti bertambah berat, aku sama sekali belum berkeringat, aku mulai menyadari bahwa lutut kiriku terasa agak nyeri dan secara perlahan mengiringi langkahku yang mulai timpang, aku bertanya dalam hati apakah staminaku mulai turun, apakah aku sudah keletihan? Pos kandang badak adalah tempat terakhir aku masih bisa berjalan dengan normal, setelah itu aku praktis berjalan tertatih-tatih, satu persatu teman-teman menyusulku, selanjutnya perjalan turun terasa seperti siksaan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, setiap langkah adalah suatu tusukan yang tepat menembus sisi luar dinding lutut kiriku, segala macam salonpas gel dan balsem tidak dapat mengurangi rasa sakit ini. Aku mencoba merubah teknik berjalan agar dapat menyelamatkan lutut kiri ini, berhenti setiap 15 menit sekali untuk beristirahat, yang ada dalam pikiranku saat itu adalah bagaimana caranya dapat terus turun sambil menjaga agar lutut ini tidak benar benar cedera. Aku tidak dapat membayangkan jika benar-benar cedera dan tidak dapat bergerak lagi, rasanya benar-benar seperti mimpi buruk yang ingin segera dilupakan.
Continue reading →