Yah, akhirnya aku mengalami juga bagaimana rasanya memasang gnome2 dari sumber, selama ini hanya menggunakan barang jadi yang sudah siap pakai.
Kompilasi GNOME2 lengkap dengan aplikasi standardnya memerlukan waktu sekitar 30 jam, download data lebih kurang 400Mb, proses ini dilakukan pada PC P4 2,2Ghz + 1Gb ram + 80Gb harddisk + freebsd 6.3 serta koneksi bandwith internasional 256kbps.
Kegiatan ini berawal ketika pc kerja yang sebelumnya telah terpasang freebsd 6.3 mengalami kegagalan Input/Output, setelah diperiksa lebih lanjut ternyata ada beberapa blok yang rusak di harddisk, akhirnya diputuskan untuk menggunakan harddisk lain yang diyakini tidak memiliki blok rusak.
Saya menggunakan metode custom ketika memasang freebsd kali ini, untuk paketnya saya memilih User dan Xuser saja. Sebagai pemula pada freebsd, saya merasa mode pemasangan custom ini tidak begitu sulit, apalagi dengan banyaknya informasi berkaitan yang dapat ditemukan dengan mudah di google. Setelah jalan ulang, maka langkah selanjutnya adalah memperbarui freebsd berserta koleksi port. Sewaktu mau menerapkan perbaruan freebsd ternyata ada komplain bahwa kernel securelevel lebih besar dari nol (denied at securelevel greater than zero). Hal ini disebabkan oleh pilihan saya ketika berada pada menu system security option sewaktu pemasangan sebelumnya, saya coba telusuri di /etc/rc.conf ternyata ada kern_securelevel="1", jadi saya berikan tanda komentar dan jalankan ulang pc saya, setelah itu update freebsd tidak mengalami kendala lagi. Selanjutnya adalah upgrade koleksi port, saya menggunakan portsnape dengan tanpa kendala apapun.
Seperti sebelumnya, pc ini dipergunakan untuk pekerjaan sehari-hari atau berfungsi sebagai desktop, saya juga akan menggunakan wine untuk menjalankan beberapa aplikasi pekerjaan kantor dan aplikasi perancangan web yang biasanya berjalan pada ms windows. Karena saya penggemar setia GNOME maka langsung saja menuju /usr/port/x11/gnome2 dan melakukan make install clean, setelah ini tidak banyak yang dapat dilakukan selain menunggu dan tentu saja berharap.
Esok paginya ternyata proses belum juga selesai, ketika hari menjelang malam barulah GNOME2 berhasil terpasang. Hal pertama yang ingin saya pastikan adalah apakah X sudah bisa aktif atau belum, pada kenyataannya belum, terutama karena ketiadaan berkas /etc/X11/xorg, jadi saya harus buat dulu dengan Xorg -configure, hasil coba Xorg -config xorg.conf.new menyatakan bahwa masih ada kesalahan sehingga X tidak bisa dimulai. No input driver matching 'mouse', No input driver matching 'kbd' dan Could non open default font 'fixed', Could non open default font '100dpi', Could non open default font '75dpi'. Kelihatannya ada beberapa driver serta tiga set jenis huruf yang belum terpasang dengan otomatis. Setelah mencari di google, saya menemukan informasi bahwa pesan kesalahan tersebut tadi menandakan beberapa pake berikut belum terpasang, yaitu: xf86-input-mouse, xf86-input-keyboard dan jenis huruf font-alias, font-100dpi, font-75dpi yang berposisi di /usr/ports/x11-fonts/, saya juga harus memasang driver vga S3 Savage yaitu xf86-video-savage. Setelah melakukan sedikit penyesuaian pada xorg.conf maka X dan GNOME segera dapat dijalankan dengan lancar, rasanya senang sekali!!
bang, penasaran, bisa gak sih Gnome diutak-atik supaya menubar ada di atas sendiri, ngikut gaya OpenStep family (Mac OS X, GNUstep)?
setelah kehadiran window compisiting di Xorg, seperti compiz yang telah mencuri perhatian penggemar desktop linux dengan tampilan 3D-nya, maka ada begitu banyak pilihan untuk mengatur tampilan dekstop di linux agar menjadi lebih menarik perhatian seperti di Mac OS X ataupun MS Vista.
kata kuncinya adalah compiz-fusion, awn, dan screenlet, setidaknya itu yang ku tau sampai saat ini. 🙂
Yap, sempat sebulan make Gnome2.20+CompizFusion+AWN, tapi belum stabil, jadi sekarang balik ke plain old Gnome. Lg Nungguin Gnome2.22. Cuman ya itu, di Unix biasa, cuma GNUstep yg bisa naro menu di contextual menu bar. Bahkan WindowMaker pun ternyata cuman looknya doang yang niru OpenStep, tapi isinya nggak :p Sialnya GNUstep di komputerku kok yaa segmentation fault melulu hihihi. Makanya nanya sama yg lebih sering ngoprek2 😀
Tapi aku lebih penasaran sama PDF-based renderingnya Quartz dibanding dengan PostScript rendering di X. Kalo 3D effects sih udah sama lah, tinggal halusnya PDF itu kali yaa yg belum.