Pendakian Gunung Sindoro, 25 s.d 27 Desember 2009

Pendakian yang Tertunda.

Dua tahun lalu ketika saya baru tiba di pulau ini, ada tawaran pendakian ke salah satu gunung tinggi di Jawa Tengah. Pendakian itu diadakan pada akhir tahun 2007 di gunung Sindoro, waktu itu saya bahkan tidak pernah tau ada gunung tinggi yang namanya Sindoro.

Gunung Sindoro adalah salah satu gunung 3000an di Jawa Tengah, lokasinya saling berhadapan dengan gunung Sumbing yang lebih besar dan tinggi. Kedua gunung ini hanya dipisahkan jalan raya Wonosobo menuju jalan lintas Jogja – Magelang – Semarang. Kebetulan kali ini saya membawa GPS, tujuannya sih agar saya tidak tersesat di gunung karena alat ini dapat merekam pergerakan saya.

Pendakian gunung Sindoro saya di mulai pada ketinggian 1369mdpl yaitu ketika saya turun dari bus tujuan Wonosobo yang membawa saya dalam perjalanan selama 2 jam dari Magelang, posisi saya turun ini disebut dengan Balai Desa Kledung. Lokasi ini ditandai dengan adanya papan nama wisata pendakian gunung Sindoro, ada gerbang jalan dan sebuah mesjid.

pendakian gunung sindoro

Untuk menemukan basecamp pendakian gunung Sindoro saya lalu menyusuri jalan desa dan berbelok ke Kanan sekitar 200 meter dari gerbang jalan tadi. Posisinya di 7 20.340LS dan 110 01,944BT pada ketinggian 1375mdpl. Setiap orang yang ingin melakukan pendakian ke Sindoro wajib untuk melaporkan dan mendaftarkan dirinya di Basecamp ini, selain untuk kebutuhan statistik, juga supaya basecamp dapat memonitor pendaki yang masih berada di gunung. Kekurangan basecamp Sindoro dibanding basecamp Sumbing adalah sarana toiletnya yang tidak terurus dengan baik, ini agak menyulitkan bagi pendaki yang ingin membersihkan diri setelah melakukan pendakian.

Pendakian kali ini adalah pendakian pertama saya (di pulau Jawa) yang tanpa ditemani oleh teman-teman dari HC, tidak dapat disangkal bahwa teman-teman di HC sangat berperan besar pada karir saya sebagai pendaki gunung amatir :D. Kebetulan pada akhir tahun 2009 ini kami memiliki rencana yang sedikit berbeda, jadi masing-masing menempuh jalurnya sendiri. Untungnya saya masih mendapatkan teman dari milis Pangrango, kami setuju bertemu di basecamp Sindoro, namanya Puput Aryanto, kami belum pernah ketemu sama sekali namun itu bukanlah masalah, saya lebih memilih mendaki bersama orang yang baru saya kenal daripada harus mendaki sendirian di gunung tinggi yang belum pernah saya daki sebelumnya, tersesat lalu mati di gunung bukanlah sesuatu yang seru di akhir tahun 🙂

Pagi itu di basecamp Sumbing ada satu kelompok pendaki dari Bekasi, saya juga bertemu Kabul seorang pendaki dari Semarang yang sedang menunggu temannya, sungguh tidak saya sangka teman yang ditunggu Kabul adalah Om Nanda dari milis Pendaki. Saya dan Nanda pernah melakukan pendakian bersama walaupun tidak satu kelompok di Arjuno – Welirang Agustus 2008 lalu, selain itu juga pernah bertemu beberapa kali di gunung sehingga sudah saling mengetahui. Om Nanda ternyata tiba tidak sendirian, dia bersama temannya, Obby.

Setelah beres-beres kamipun mulai menyusuri jalan desa yang menanjak melewati perladangan penduduk. Pagi itu masih jam 9, cuaca berawan mendung, Sindoro yang berada tepat didepan matapun sama sekali tidak kelihatan, seperti tidak ada gunung di situ, yang ada hanya hamparan awan putih tebal seperti kapas membalut Sindoro. Tetap ada sisi baiknya yaitu kami tidak perlu menikmati sengatan matahari yang membakar seperti di Sumbing bulan lalu.

Pemberhentian berikutnya disebut Batu Besar, tempat ini ditandai dengan sebuah pertigaan yang di tengahnya ada sebuah batu. Kita dapat mengambil jalan ke Kiri maupun ke Kanan, namun jalur yang jelas adalah ke Kiri. Batu Besar ini berada pada ketinggian 1667mdpl, posisi 7 19,437LS dan 110 01,249BT dengan jarak tempuh sekitar 2,2Km dari basecamp Sindoro. Kami memerlukan waktu sekitar 1,5 jam dari basecamp ke tempat ini.

Jalur segera berubah dari jalan batu menjadi tanah, tetap menanjak lurus menuju Pos 1 dengan pepohonan di sisi Kiri dan Kanan jalan. Setelah 1 jam akhirnya kami tiba di pos 1 dan segera menyiapkan santap siang seadanya. Seperti biasa saya membuat Milo dan Roti untuk makan siang, selain itu Om Nanda dan teman yang lain masing-masing siap dengan menu makan siang mereka, kami beristirahat di Pos 1 selama lebih kurang 1 jam. Pos 1 dapat dikenali dengan adanya rerentuhan sebuah tempat berteduh beratap seng, tempat ini berada pada ketinggian 1880mdpl, posisi 7 19,079LS dan 110 00,842BT, jarak tempuh dari Batu Besar sekitar 1,2km dalam waktu 1 jam.

Setelah beristirahat kamipun melanjutkan perjalanan menuju pos 2, kali ini jalur agak berkelok melalui dua perbukitan kecil, tidak lama kemudian kami tiba di pos 2. Sebuah tempat berteduh ada di sini masih berdiri tegak hanya saja sebagian atapnya sudah tidak kelihatan lagi. Pos 2 berada pada ketinggian 1992mdpl, posisi 7 18,870LS dan 110 00,808BT, jarak tempuh dari pos 1 sekitar 600m dalam waktu sekitar 30 menit.

Musim Hujan di Gunung.

Seperti yang telah diduga sebelumnya hujanpun mulai turun, masih rintik-rintik namun tentu saja mulai mengusik karena biasanya di gunung hujan seperti ini akan berlanjut menjadi hujan lebat. Perjalanan menuju pos 3 juga sedikit berliku-liku, melalui batu-batuan dan akar pohon. Beberapa saat kemudian kamipun keluar dari hutan, jalur  sudah mulai terbuka. Hujan masih belum berhenti, kabut datang dan pergi diterpa angin silih berganti. Formasi berjalan kami terpisah 3 bagian, Kabul dan Puput memimpin di depan, saya di tengah kemudian Om Nanda dan Obby di belakang saya. Kami tiba di pos 3 pada ketinggian 2336mdpl sekitar pukul setengah 3 siang, beristirahat sebentar sambil menunggu Om Nanda dan Obby tiba di pos 3. Dari pos 2 kami menempuh jarak sekitar 1km dalam waktu 1,5 jam menuju pos 3 yang berada pada posisi 7 18,646LS dan 110 00,453BT.

Menjelang pukul 3 siang hujan pun turun dengan derasnya, kami terpaksa mengambil keputusan untuk menginap di pos 3, kelihatannya hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat, apalagi meneruskan perjalanan dalam hujan deras seperti itu bukanlah ide yang bagus. Sebenarnya target hari itu adalah mendirikan tenda di puncak, namun dengan adanya cuaca buruk seperti itu kami harus tetap menjaga pikiran kami tetap sehat. Sore itu kami mendirikan tenda di tengah hujan deras, ketika tenda berdiri saya harus mengeringkan air hujan yang masuk dari sela-sela kasa nyamuk tenda saya, benar-benar pengalaman yang baru bagi saya. Hujan masih belum berhenti hingga sekitar jam 5 sore. Untungnya malam itu kami dapat tidur dengan nyenyak, jika tidak membawa perlengkapan yang cukup entah akan bagaimana kami malam itu.

Pagi hari yang mendung, pos 3 kelihatannya tempat yang bagus untuk menyaksikan matahari terbit, namun tidak pada pagi itu, awan masih saja menghalangi sinar matahari yang datang dari ufuk Timur.

Setelah berkemas, menyempatkan menjemur segala perlengkapan yang basah, baju, celana, ransel, tenda lalu kemudian membuat sarapan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sekitar jam 9 pagi. Perjalanan dari pos 3 hingga ke puncak diperkirakan akan menempuh jarak vertikal yang ekstrim yaitu sekitar 800m dalam jarak tempuh yang pendek, itu artinya tanjakan akan semakin terjal, tidak perlu dikatakan lagi karena kami telah melihatnya langsung di depan mata. Harapan kami pagi itu semoga sebelum hujan turun kami telah di dalam tenda di puncak Sumbing.

Perjalanan dari pos 3 ke puncak benar-benar tantangan tersendiri bagi kami, medan yang berat dan ancaman hujan ditengah jalan memaksa kami bergerak ekstra cepat, namun dengan kecepatan kami yang bervariasi menjadikan perjalanan tetap bergerak lambat. Kami putuskan untuk mengirim dua orang tercepat yaitu Kabul dan Puput untuk bergerak duluan langsung ke puncak, mendirikan tenda dan memasang Flysheet, ini adalah ide yang baik mengingat jika sampai kehujanan dipuncak maka keadaan bisa menjadi lebih sulit dan berbahaya karena air dan udara dingin dapat membunuh orang ;p

Saya sendiri masih sempat terkena hujan menjelang beberapa ratus meter menuju puncak, jalur yang saya jalani seperti tidak ada habisnya, puncak bayangan bertemu puncak bayangan, tanjakan bertemu tanjakan, benar-benar membuat frustasi, tetapi ini bukan sesuatu yang baru tentu saja. Itulah mendaki gunung, entah mengapa tetap ada saja orang yang bersedia melakukannya, kegiatan ini bukan hanya menguji coba kekuatan fisik tetapi juga kekuatan mental, bagaimana seseorang harus dapat tetap berpikir jernih ketika berada dalam situasi yang sulit.

Sesampainya di puncak Sindoro, saya melihat Kabul dan Puput telah siap dengan tenda dan Flysheet terpasang rapi di puncak. Tidak berapa lama Om Nanda pun tiba di susul oleh Obby. Siang itu hujan deraspun turun, terima kasih buat Kabul dan Puput yang telah bersusah payah mendaki dengan kecepatan luar biasa agar kami tidak kehujanan di puncak 😀

Sore itu disebelah Barat kelihatan matahari terbenam tertutupi awan, ini adalah pertama kali saya dapat menyaksikan matahari terbenam dari puncak gunung, sebenarnya saya tidak mempunyai perasaan khusus ketika mendaki gunung, saya datang, mendaki sampai puncak, turun dengan selamat. Pendakian ini hanya sebagai latihan bagi saya, menambah pengalaman, untuk mimpi yang lebih besar.

Puncak gunung Sindoro berada pada ketinggian 3155mdpl, posisi 7 18,110LS dan 109 59,848BT, jarak tempuh dari pos 3 sekitar 1,8km dalam waktu tempuh sekitar 4 jam.

Terima kasih kepada teman-teman pendakian kali ini, Puput dan Kabul yang telah menyelamatkan kami dari bencana kena hujan di puncak, Om Nanda dan Obby tentunya untuk logistik dan bahan pangan yang telah kami nikmati dalam perjalanan ini.

Tahun 2009 adalah tahun yang sibuk bagi saya dalam melakukan pendakian, dari Jawa Barat ke Timur lalu ke Tengah, ke Barat lagi, kembali ke Tengah, benar-benar perjalanan keliling Jawa yang melelahkan sebenarnya ;p Tentu saja disamping pencapaian dan kebanggaan semua ini, selalu ada yang harus dikorbankan, tabungan di bank tetap tipis :p

This entry was posted in my life, outdoor. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *